Medan - Harian Swara Jiwa - Tiopan Tarigan SH anak dari R Boru Ketaren mendatangi rumah sakit Djoelham Binjai, Rabu (26/2/2025) siang. Selain itu, dia juga menyurati pimpinan disana.
Adapun tujuan Tiopan Tarigan untuk menindaklanjuti kasus kematian ibu nya, bernama R Boru Ketaren yang meninggal dunia diduga disebabkan mesin cuci darah (HD) tidak ada air dan tertulis no water didalam mesin itu, Sabtu (15/2/2025) sekira pukul 12:15 WIB.
"Hari ini saya surati pimpinan rumah sakit Djoelham. Karena kematian mamak saya di rumah sakit ini karena adanya dugaan kelalaian. Jelas, bahwa saat mamak saya di HD, mesin cuci darah itu malah tertulis no water artinya tidak ada air," ungkapnya.
Sebagaimana dihimpun oleh Tiopan dari Meta AI bahwa kekurangan air dalam proses cuci darah dapat mengakibatkan kematian.
Kekurangan air dapat menyebabkan beberapa komplikasi serius, seperti Komplikasi Serius diantaranya
1. Kerusakan Ginjal karena kurangnya air dapat menyebabkan penumpukan zat-zat berbahaya dalam darah, yang dapat merusak ginjal.
2. Infeksi karena kekurangan air dapat meningkatkan risiko infeksi pada pasien.
3. Peradangan atau kurangnya air dapat menyebabkan peradangan pada saluran darah dan jaringan sekitar.
4. Kerusakan Sel Darah karena Kekurangan air dapat menyebabkan kerusakan sel darah, sehingga pasien dapat mengalami anemia.
5. Gagal Jantung karena kekurangan air dapat menyebabkan kerusakan jantung, sehingga pasien dapat mengalami gagal jantung.
6. Gagal Napas karena kekurangan air dapat menyebabkan kerusakan pernafasan, sehingga pasien dapat mengalami gagal napas.
Selanjutnya, risiko kematian dikarenakan
1. Kerusakan Multi-Organ dan apat menyebabkan kerusakan multi-organ, sehingga pasien dapat mengalami kematian.
2. Septikemia karena kekurangan air dapat menyebabkan sepsis, yang dapat menyebabkan kematian.
3. Kerusakan Otak karena kekurangan air dapat menyebabkan kerusakan otak, sehingga pasien dapat mengalami kematian. Sumber : National Kidney Foundation (NKF), American Society of Nephrology (ASN), Kementerian Kesehatan RI.
"Jadi, kekurangan air atau tidak ada air didalam mesin cuci darah dampaknya sangat berbahaya kepada pasien yang saat itu sedang cuci darah. Makanya, kami duga telah terjadi kelalaian. Mengapa air di mesin sampai habis," ungkap Tiopan.
Kemudian, Tiopan mengaku akan melakukan upaya hukum diantaranya perdata maupun pidana.
"Saya menyurati pimpinan rumah sakit agar memberikan klarifikasi dengan tempo 3 hari dari sekarang. Saya harapkan pihak rumah sakit mau koperatif dan memberikan klarifikasi," terangnya.
Selanjutnya, dilokasi Tiopan bertemu dengan Riki Gultom SH selaku Kabag Hukum RS Djoelham. Akan tetapi, Riki tidak bisa memberikan klarifikasinya terkait dengan insiden meninggalnya mamak Tiopan.
Sebagaimana diketahui awalnya Mamak Tiopan dalam keadaan sehat dan dalam keadaan sadar, bisa mengangkat tangan dan berbicara.
Cuci darah pertama pukul 16.00 Wib Rabu, 12 Feb 2025, berlangsung lancar dan aman, tapi disaat itu ada 2 kali mati listrik dan sekitar hitungan menit hidup kembali listriknya
Keesokan harinya Kamis 13 Februari 2025 dokter menyuruh pulang, tapi keluarga memohon agar diberikan waktu hari Jumat dan disetujui kepala ruangan
Di hari Jumat, 14 Februari 2025 siang, keluarga Tiopan mau pulang dan menanyakan jadwal HD kedua. Lalu diberitahukan petugas HD bahwa jadwal selanjutnya di hari Sabtu, 15 Febuari 2025.
Selanjutnya, keluarga Tiopan memohon kembali untuk pulang di hari Sabtu setelah HD Kedua, lalu disetujui kepala ruangan.
Hari Sabtu, 15 Febuari 2025, dilakukan HD Kedua sekitar pukul 09.00 WIB. Tensi 120/80, KGSD 417, lama Proses HD selama 3 jam proses HD.
Sekitar 10.30 WIB, Tiopan melihat monitor mesin HD tertulis no water dan alarm berbunyi dan ada mobil pemadam kebakaran dan selang air untuk mengisi air ke ruang HD. Selanjut pukul 12:15 WIB mamak Tiopan meninggal dunia.
Sayangnya, Plt Direktur RS Djoelham Romi ketika dikonsumsi mengenai masalah itu tidak menjawab.(BP7).(Tim)
0 komentar:
Posting Komentar